This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 14 September 2021

MANAJEMEN TERPADU BALITA MUDA (MTBM)

 


MANAJEMEN TERPADU BALITA MUDA (MTBM)


Kematian anak di Indonesia sering dijumpai pada usia neonatal atau bayi muda. Rasionya 19 per 1000 anak meninggal pada usia neonatal-bayi muda. Bayi muda adalah bayi berusia 1 hari – 2 bulan. Pada usia ini, bayi sangatlah rentan terserang penyakit. Sekali terkena akan sangat cepat mengalami perburukan bahkan kematian jika tidak mendapat penanganan yang tepat dan segera. Berbagai upaya terus dilakukan di berbagai negara untuk meningkatkan angka harapan hidup pada rentang usia ini. Mulai dari WHO, Kemenkes, dan berbagai organisasi kesehatan anak lainnya membuat panduan dalam upaya peningkatan angka harapan hidup anak. Di Indonesia sendiri sudah dibentuk peraturan mentri kesehatan dalam manajemen terpadu bayi muda atau yang dikenal dengan MTBM.


Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal.


Pada Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan manajemen terpadu balita sakit berbasis masyarakat, disebutkan bahwa pada bayi muda usia 0 – 2 bulan harus mendapatkan 4 macam pelayanan yang termsuk dalam MTBS-M:


Perawatan esensial bayi baru lahir

Pengenalan tanda bahaya bayi baru lahir dan persiapan rujukan bila memang diperlukan

Penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR)

Penatalaksanaan infeksi pada bayi baru lahir

Keempat pelayanan ini diberikan tidak hanya sesaat setelah lahir saja, namun hingga bayi mencapai usia 2 bulan bila suatu waktu mengalami keluhan tertentu yang termasuk dalam 4 pelayanan tadi wajib segera ditindaklanjuti.


Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali pada 6 – 24 jam, 3 – 7 hari, dan 8 – 28 hari setelah melahirkan. Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana pada saat dilahirkan, yaitu diberikan kehangatan, jalan napas dibersihkan, dikeringkan, dan dinilai warna untuk menentukan kondisi serta perlu tidaknya dilakukan rujukan.


Pada bayi baru lahir jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat, hindarkan aliran udara, selimuti dengan baik. Bila tidak ada kondisi bahaya pada bayi dan ibu telah cukup stabil bayi bisa tetap bersama ibunya (rawat gabung). Lakukan inisiasi menyusui dini dalam jam pertama kehidupan. Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai permintaan. Jangan lupa untuk selalu menjaga tali pusar tetap bersih dan kering.


Selain itu beberapa obat, vitamin, maupun vaksin diberikan juga pada bayi yang baru lahir, antara lain: memberikan tetrasiklin salep mata pada kedua mata satu kali. Berikan juga vitamin K1 (fitomenadion) 1 mg intramuskular (IM) di paha kiri, dan vaksin hepatitis B 0.5 mL IM di paha kanan sekurangnya 2 jam sesudah pemberian vitamin K1. Jika bayi lahir di rumah sakit, beri imunisasi BCG intrakutan dan vaksin polio oral 2 tetes ke mulut bayi saat akan pulang dari rumah sakit.


Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir dan Bayi Muda


Tanda dan gejala adanya penyakit atau gangguan pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak spesifik. Tanda ini bisa dijumpai pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit. Berikut adalah beberapa tanda yang dikategorikan bahaya jika ditemukan pada bayi baru lahir ataupun bayi muda:


Tidak bisa menyusu

Kejang

Mengantuk atau tidak sadar

Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15 detik)

Frekuensi napas > 60 kali/menit

Merintih dan terlihat tarikan dada bawah ke dalam yang kuat

Sianosis sentral.

Pada bayi muda, dianjurkan untuk melakukan kunjungan atau kontrol ke fasilitas pelayanan kesehatan minimal 3 kali (6-24 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari setelah melahirkan). Pada tiap kunjungan bayi muda ke rumah sakit perlu dilakukan beberapa pemeriksaan. Pada kunjungannya yang pertama biasanya dilakukan pemeriksaan atau skrining awal. Pada kunjungan berikutnya ada dilakukan pemeriksaan ulang sekaligus follow up kondisi bayi. Berikut adalah pemeriksaan yang dilakukan saat kunjungan bayi muda ke fasilitas pelayanan kesehatan:


Periksa kemungkinan adanya penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, untuk kemudian diklasifikasikan sesuai tanda dan gejalanya

Tanda atau Gejala Klasifikasi

Tidak mau minum atau memuntahkan semua ATAU

Riwayat kejang ATAU

Bergerak hanya jika distimulasi ATAU

Napas cepat ATAU

Napas lambat ATAU

Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat ATAU

Merintih ATAU

Demam (≥ 37,5C) ATAU

Hipotermi ( <35,5C) ATAU

Nanah yang banyak di mata ATAU

Pusar kemerahan meluas sampai dinding perut

PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI BERAT

Pustul kulit ATAU

Mata bernanah ATAU

Pusat kemerahan atau bernanah

INFEKSI BAKTERI LOKAL

Tidak terdapat salah satu tanda diatas

MUNGKIN BUKAN INFEKSI

Menanyakan ibu apakah bayi muda mengalami diare dan tentukan derajat dehidrasinya

Tanda dan Gejala Klasifikasi

Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :

Letargis atau tidak sadar

Mata Cekung

Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat

DIARE DEHIDRASI BERAT

Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :

Gelisah atau rewel

Mata Cekung

Cubitan kulit perut kembali lambat

DIARE DEHIDRASI RINGAN /SEDANG

Tidak cukup tanda dehidrasi berat atau ringan/sedang DIARE TANPA DEHIDRASI

Periksa adanya ikterus pada bayi, menggunakan metode KRAMER

Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher

Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)

Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku

Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki

Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki

Tanda dan Gejala Klasifikasi

Timbul kuning pada hari pertama (< 24 jam) ATAU

Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari ATAU

Kuning sampai telapak tangan /telapak kaki ATAU

Tinja berwarna pucat

IKTERUS BERAT

Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam sampai ≤ 14 hari dan tidak sampai telapak tangan/kaki

IKTERUS

Tidak kuning

TIDAK ADA IKTERUS

Periksa adanya kemungkinan berat badan rendah atau masalah pemberian ASI.

Bila ditemukan bayi memiliki berat badan rendah, langsung lakukan penanganan atau rujukan tanpa melihat ada/ tidaknya masalah pada pemberian ASI

Tanyakan dan tentukan status imunitas bayi muda, serta status pemberian Vit.K1.

Imunisasi pertama kali yang harusnya didapatkan oleh bayi muda adalah Hb 0 pada hari 0-7 kelahiran. Selain itu bayi juga harus mendapatkan imunisasi BCG dan polio setelah lahir

Tanyakan adanya masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma lahir, ataupun perdarahan tali pusat

 Tanyakan adanya keluhan atau penyakit bayi yang disadari oleh ibu

TATALAKSANA KEDARURATAN tanda bahaya:


Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda mengalami sianosis atau distres pernapasan berat.

Beri VTP dengan balon dan sungkup, dengan oksigen 100% (atau udara ruangan jika oksigen tidak tersedia) jika frekuensi napas terlalu lambat (< 20 kali/menit).

Jika terus mengantuk, tidak sadar atau kejang, periksa glukosa darah. Jika glukosa < 45 mg/dL koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB dekstrosa 10% (2 ml/kg BB) IV selama 5 menit, diulangi sesuai keperluan dan infus tidak terputus (continual) dekstrosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus dimulai. Jika tidak mendapat akses IV, berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung.

Beri fenobarbital jika terjadi kejang

Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi bakteri berat.

Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit ini.

Pantau bayi dengan ketat.

Rujukan dilakukan berdasarkan status warna pada kondisi bayi sebelumnya. Jika termasuk dalam warna merah/ kondisi berat bisa langsung dilakukan perujukan bila tidak tersedia pengobatan di faskes sebelumnya. Selain itu rujukan biasanya dilakukan jika kasus yang dijumpai berupa keracunan dengan penurunan kesadaran, luka bakar di mulut dan tenggorokan, sesak napas berat, sianosis, dan gagal jantung.


SUMBER


American Academy of Pediatric and American Heart Association Guidelines fo Neonatal Resuscitation, 2015, NRP Pocket Card -7th Edition

WHO, 2014, Comprehensive Implementation Plan on Maternal, Infant, and Young Child Nutrition, Geneva, Switzerland

WHO, 2013, Pocket of Hospital Care for Children: Guidelines for The Management of Common Childhood Illnesses 2nd ed, Malta

Permenkes RI No. 70 tahun 2013, Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat

WHO, Guidelines on MATERNAL, NEWBORN, CHILD AND ADOLESCENT HEALTH: Recomendations on Newborn He

Minggu, 12 September 2021

ASUHAN NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN

 

ASUHAN NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN




Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukkan trauma mekanik yang dapat dihindari atau tidak dapat dihindari, serta trauma anoksia yang dialami bayi selama kelahiran dan persalinan. Beberapa macam jejas persalinan yang akan dibahas, antara lain :

1. Caput Suksadenum

Caput suksadenum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput suksadenum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin.

Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.

2. Sefalhematoma

Sefalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Sefalhematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian sefalhematoma dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.

3. Trauma pleksus brakialis

Jejas pada pleksus brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan. Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.

Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenne dan paralisis Klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang mengalami trauma.

Pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas imobilisasi parsial dan penempatan posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur.

4. Fraktur klavikula

Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula antara lain : bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena, krepitasi dan ketidakteraturan tulang, kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur, tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena, adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.

5. Fraktur humerus

Pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya reflek moro.

Penangan pada fraktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fraktur.


Untuk Power Point silahkan download pada link berikut https://docs.google.com/presentation/d/1CBTmkzKgeTzM8Rr6Jf6VQVI_fuNOMvL3/edit?usp=sharing&ouid=107173603295787655494&rtpof=true&sd=true